Beranda | Artikel
Memanfaatkan Waktu Luang dengan Anak
Kamis, 24 Januari 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen

Memanfaatkan Waktu Luang dengan Anak adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan tentang cara mendidik anak secara Islami (fiqih pendidikan anak). Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. pada 25 Sya’ban 1439 H / 11 Mei 2018 M.

Download mp3 kajian sebelumnya: Memberikan Pembelajaran kepada Anak dari Peristiwa dan Kejadian

Kajian Tentang Memanfaatkan Waktu Luang dengan Anak

Pada kesempatan kali ini kita akan mempelajari sebuah metode yang seandainya metode ini tidak kita terapkan dengan baik maka akan bisa berakibat fatal. Yaitu memanfaatkan waktu luang.

Apabila kita lihat perilaku anak-anak muda dizaman ini, maka kita akan melihat betapa banyak hal-hal aneh yang mereka kerjakan. Seperti yang sering kita lihat, apa yang dilakukan oleh anak-anak punk. Banyak hal-hal aneh bin ajaib yang mereka lakukan. Ada yang mereka memakai anting di hidung, terkadang memakai anting bahkan di puser, terkadang mereka memakai anting di lidah. Hal-hal yang mungkin menurut kebanyakan orang sesuatu yang aneh. Belum lagi kalau kita melihat cara mereka mengolah rambut dan mencukurnya. Ada yang rambutnya mohawk, ada yang dicat warnanya ungu, hijau, orange, dan seterusnya.

Itu sebagian yang dilakukan oleh anak muda. Anak muda yang lain, mereka suka untuk kebut-kebutan. Terkadang kebut-kebutan berbonceng sampai tiga dan empat anak dalam satu motor. Terkadang mereka juga tawuran antar sesama geng. Entah itu geng motor atau sesama sekolah.

Bahkan ada yang lebih parah dari itu, mereka membuat video pornografi. Tentunya dengan pasangan yang tidak sah. Na’udzu billah min dzalik.

Kalau kita perhatikan bahwa salah satu yang menyebabkan adanya perilaku-perilaku yang menyedihkan tadi adalah karena banyak diantara mereka memiliki kekosongan waktu. Sehingga mereka mencari kegiatan yang menurut mereka bisa digunakan untuk mengisi kekosongan tersebut.

Namun amat disayangkan ternyata kegiatan yang mereka gunakan untuk mengisi kekosongan waktu itu adalah ternyata kegiatan yang sifatnya negatif atau kegiatan yang jelek. Dan ketika mereka mengisi waktu mereka dengan kegiatan yang jelek itu, salah satu pemicunya adalah karena mereka tidak memiliki kegiatan yang sifatnya positif.

Al Imam Ibnul Qayyim Rahimahullah, beliau menjelaskan bahwa ketika manusia tidak memiliki kegiatan positif didalam kehidupannya, maka kehidupannya akan dia isi dengan kegiatan yang negatif. Itu adalah kaidah kehidupan. Kalau kita ingin jauh dari sesuatu yang negatif, maka kerjakan yang positif.

Contoh misalnya lisan kita, kenapa banyak orang lisannya digunakan untuk ngerumpi? Kenapa banyak orang lisannya digunakan untuk ghibah, untuk ngomongin aibnya orang lain? Kenapa banyak orang lisannya digunakan untuk mencela, mengadu domba, ngomongin sesuatu yang tidak bermanfaat? Salah satu penyebabnya adalah karena lisannya tidak digunakan untuk hal-hal yang positif. Contohnya jarang membaca Al-Qur’an, jarang lisannya digunakan untuk berdzikir, jarang digunakan untuk memberikan nasihat.

Karena lisan ini jarang digunakan untuk kebaikan, akhirnya digunakan untuk keburukan. Sama juga, mata pun demikian. Kenapa banyak orang yang matanya hari-hari dihabiskan untuk nonton TV, sinetron, film-film India, telenovela dan seterusnya? Kenapa matanya digunakan untuk hal-hal yang negatif? Karena dia tidak punya kegiatan positif untuk matanya. Karena dia jarang menggunakan matanya untuk melihat membaca Al-Qur’an, jarang digunakan untuk melihat membaca buku-buku agama, akhirnya yang terjadi matanya digunakan untuk hal yang negatif.

Telinga pun sama, tangan pun sama, kaki pun sama, harta juga sama. Seluruh anggota tubuh kalau tidak kita gunakan untuk kebaikan, maka akan digunakan untuk keburukan.

Nah, anak-anak muda tadi, kenapa mereka melakukan hal-hal yang negatif? Karena mereka tidak punya kegiatan positif. Dan itu semakin diperparah ketika anak itu merasa tidak mendapatkan atau kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya dan dari keluarganya.

Ketika dia pulang ke rumah, mungkin jarang disapa oleh ayah dan ibunya. Ketika pulang ke rumah, mungkin sering dia temukan rumahnya kosong tidak ada siapa-siapa yang bisa dijadikan sebagai tempat untuk bercerita minimal atau berkeluh kesah tentang masalah yang dihadapi. Ketika dia pulang dia tidak temukan orang yang bisa merangkul dia, orang yang bisa untuk mendengarkan keluh kesahnya. Padahal dia butuh tempat untuk bercerita. Ketika dia tidak mendapatkan tempat untuk bercerita, akhirnya ketemulah dia dengan teman-teman yang tidak baik di luar sana. Padahal teman-teman yang tidak baik itu sudah siap untuk menjadi serigala yang menerkam putra dan putri Anda.

Akhirnya terjadilah anak-anak kita rusak karena pergaulan. Kenapa bisa rusak karena pergaulan? Padahal teman ini baru dia temui sehari dua hari sebulan dua bulan. Sedangkan orang tuanya sudah dia kenal selama belasan tahun sejak dari lahir. Bahkan sebelum lahir anak itu sudah kenal dengan orang tuanya. Kenapa kemudian anak itu lebih mendengar omongan seorang teman yang baru satu bulan dia kenal dan dia tidak mau mendengar omongan orang tuanya yang sudah belasan tahun dia kenal?

Salah satu pemicunya adalah karena dia merasa bahwa orang tuanya kurang mau untuk mendengar apa yang ingin dia ceritakan. Maka dari sini kita mengetahui betapa pentingnya peran orang tua didalam mendidik anaknya. Betapa pentingnya peran ayah dan ibu didalam membimbing putra dan putrinya. Jangan kaget seandainya Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda dalam sebuah hadits yang kita sering dengar:

مَوْلُودٍ إِلَّا يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُشَرِّكَانِهِ

“Tidaklah seorang bayi yang dilahirkan melainkan dalam keadaan fitrah, maka bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani atau Musyrik.” (HR. Muslim)

Dalam keadaan fitrah, dalam keadaan bersih, dalam keadaan suci, dalam keadaan suka kepada ajaran kebaikan. Akan tetapi kemudian anak itu berubah agamanya, maka yang paling bertanggung jawab adalah orang tuanya.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyalahkan anak. Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam hal ini tidak menyalahkan teman. Dalam hal ini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak menyalahkan tetangga. Tapi yang pertama kali dimintai pertanggungjawaban adalah orang tuanya. Bahwa kedua orang tuanya, dialah yang akan membuat anaknya menjadi Yahudi atau menjadi Nasrani atau menjadi Majusi. Ini menggambarkan kepada kita betapa besarnya tanggung jawab orang tua kepada anaknya.

Bagaimana kalau anak sudah terlanjur salah pergaulan?

Kita katakan, “Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki.” Walaupun mungkin lebih berat, walaupun mungkin usahanya lebih banyak, walaupun mungkin waktu yang harus kita sisihkan lebih banyak. Itu wajar. Akan tetapi jangan putus asa. Karena kita punya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Yang bisa membolak-balikkan hati manusia bukan siapa-siapa, tapi yang bisa membolak-balikkan hati manusia adalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kita punya Allah, maka jangan putus asa. Selalu kita acungkan kedua tangan kita, kita tengadahkan kedua tangan kita kepada Allah, berdo’a kepada Allah, memintalah kepada Allah, jangan pernah melupakan untuk membaca do’a”

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ ﴿١٠٠﴾

Ya Allah, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.” (QS. Ash-Shaffat[37]: 100)

Jangan pernah melupakan untuk berdo’a dengan do’a ini kepada Allah. Do’anya tidak panjang. Terus minta kepada Allah didalam sujud-sujud kita, didalam shalat-shalat kita, disepertiga malam terakhir. Harus ada usaha tersebut, kita ketuk pintu Allah untuk membuka hati putra dan putri kita.

Setelah kita berdo’a, jangan lupa kita siapkan kegiatan positif untuk anak-anak kita untuk mengisi waktu kosong dia. Sebagaimana kita tahu bahwa anak ketika pulang sekolah biasanya sudah capek dan kemudian dihadapan dia ada PR. Maka tentu anak ini perlu dilatih untuk bisa mengatur waktunya dengan baik.

Bagaimana caranya?

Pertama, begitu anak pulang capek, maka tentunya kita sudah siap dengan makanan, anak disamakan dengan baik, bisa minum dengan baik. Setelah itu kita nasehatkan kepada anak agar bisa istirahat terlebih dahulu. Dan ketika kita menawarkan anak istirahat, harus siap untuk cerewet. Cerewet itu baik atau jelek?

Simak penjelasannya pada menit ke-16:31

Download mp3 Kajian Tentang Memanfaatkan Waktu Luang dengan Anak


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/46475-memanfaatkan-waktu-luang-dengan-anak/